KOORDINASI KEPALA PUSKESMAS DALAM PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN UNTUK MENANGANAN STUNTING DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEI BEJANGKAR KABUPATEN BATU BARA

Main Article Content

Junika Rossi
Nalil Khairiah

Abstract

Pemberian Makanan Tambahan merupakan program penurunan stunting untuk bayi atau anak-anak. Program ini dilakukan sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No 75 tahun 2014 tentang Puskesmas yang menjelaskan bahwa puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang  menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif. Untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya yang melayani pasien dengan berbagai masalah kesehatan termasuk masalah stunting. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana koordinasi kepala puskesmas pada progam (PMT) pemberian makanan tambahan di wilayah kerja Puskesmas Sei Bejangkar. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif  dengan pendekatan deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa koordinasi kepala puskesmas dalam program pemberian makanan tambahan untuk penanganan stunting berlangsung dengan cara bertanggung jawab yaitu berkoordinasi dan melakukan pengawasan secara langsung dan tidak langsung. Adanya kerja sama, kerja sama yang dilakukan kepala puskesmas kepada kepala desa dengan cara menjalin silaturahmi dengan kepala desa secara rutin dan berkala serta melakukan pertemuan dengan para kader, pelaksanaan program pemberian makanan tambahan dijalankan secara terus menerus dan sesuai dengan peraturan Kepmenkes Nomor. HK.01.07/kemenkes/4631/2021 tentang petunjuk teknis pengelolaan pemberian makanan tambahan, tindakan inti koordinasi kepala puskesmas melakukan perencanaan program berkoordinasi dan melakukan pelatihan kepada kader tentang teknisi penyediaan makanan  sehat dan bergizi

Article Details

Section
Articles

References

Anggraeni, R. (2019). Mutu Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Deepublish.

Astari, L. D., Nasoetion, A., & Dwiriani, C. M. (2006). Hubungan konsumsi ASI dan MP-ASI serta kejadian stunting anak usia 6-12 bulan di Kabupaten Bogor.

Dinata, A. (2018). Pendampingan Penyusunan DED Pembangunan Puskesmas Kecamatan Dempo Utara Kota Pagar Alam. NGABDIMAS-Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(1), 1-5.

Handoko, T. Hani. (2016). Manajemen. Yogyakarta : BPFE

Handayaningrat, Soewarno. (2011). Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan. Manejemen. Jakarta: CV. Haji Masagung

Hasibuan, Malayu. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara,.

Hasibuan, Malayu SP. (2014). Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan keempatbelas, Jakarta ,Penerbit : Bumi Aksara.

Ikeda, N., Irie, Y., & Shibuya, K. (2013). Determinants of reduced child stunting in Cambodia: analysis of pooled data from three demographic and health surveys. Bulletin of the World Health Organization, 91, 341-349.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 30 Tahun 2019 Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit

Sari, M., & Rahmi, N. (2017). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua pada Anak Balita di Desa Batoh Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh. Journal of Healthcare Technology and Medicine, 3(1), 94-107.

Sukarna. (2011). Dasar-Dasar Manajemen. Bandung: CV. Mandar Maju.

Sutarto. (2015). Dasar-Dasar Organisasi, Cetakan Keduapuluh Tiga. Yogyakarta: UGM Press.

World Health Organization. World Health Statistics. (2012). 2. Badan Pusat Statistik. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2012.

WHO. (2015). Stunting in nutshell [internet]. World Health Organization. 2015 [cited 2021 Jun 10]. Avaliable from: https://www.who.int/news/item/19- 11-2015-stunting-in-a-nutshell